Penerapan Praktis Mikroklimat dalam Menghadapi Situasi Panas di Peternakan Unggas
Akhir-akhir ini peternak dihadapkan dengan situasi panas yang cukup berkepanjangan sebagai dampak dari perubahan iklim global. Ketidakmampuan menghadapi perubahan iklim ini mampu menyebabkan masalah lanjut dalam pemeliharaan ayam yang dapat menyebabkan kerugian dalam pemeliharaan ayam.
Tantangan lingkungan Bagi Peternak Unggas Indonesia
Hal ini lah yang menjadi perhatian dalam seminar yang kami adakan dalam acara ILDEX 2023 yang diselenggarakan di ICE BSD City pada 21 September 2023. Seminar kali ini kami bawakan dengan tajuk “Penerapan Praktis Mikroklimat dalam Menghadapi Situasi Panas di Peternakan Unggas”. Kami menghadirkan ahli unggas kami Jan van Den Brink untuk membawakan materi tersebut.
Jan menjelaskan, "Ketika musim berubah, terutama saat musim hujan, peternak di Indonesia sering menghadapi tantangan suhu yang bervariasi antara siang dan malam hari. Kelembapan dan suhu di dalam kandang adalah faktor kunci dalam menjaga kesejahteraan unggas."
"Di Indonesia, kita hanya memiliki dua musim dengan sedikit variasi. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat dengan mudah mengatur suhu dan kelembapan untuk memastikan kenyamanan dan pertumbuhan optimal ayam," tambah Jan. Hal ini juga menunjukan sebuah fenomena bahwa ketika kelembaban udara tinggi pada suhu rendah maka kadar air udara akan lebih rendah dibandingkan saat temperature tinggi dan kelembaban rendah.
Banyak peternak yang beralih pada sistem kandang tertutup (closed house) untuk memudahkan kontrol lingkungan dalam kandang. Namun, masih terdapat kendala yang umum dalam sistem tersebut, satunya adalah suhu lingkungan yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. "Jika suhu di dalam kandang terlalu dingin, ayam akan banyak mengonsumsi pakan dan mengeluarkan banyak energi untuk menghangatkan diri. Di sisi lain, jika kondisi terlalu panas, ayam akan mengeluarkan energi melalui hembusan napas yang cepat (panting)."
"Kondisi ini dapat menghambat pencapaian target budidaya. Saya sering melihat ayam merasa kedinginan di kandang tertutup, sehingga ayam cenderung berkerumun. Sebaliknya, saat terlalu panas, ayam mengalami panting, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian dalam jangka waktu lama," jelasnya. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan zona kenyamanan di dalam kandang tertutup, yang biasanya berkisar antara 6 hingga 8 derajat Celsius. Parameter lain yang perlu diawasi meliputi kelembapan relatif (65-76%), kadar karbon dioksida (maksimal 2500 ppm), amonia (maksimal 20 ppm), kecepatan angin (0,1-3,0 m/s tergantung pada ukuran ayam), dan pengendalian debu seefisien mungkin.
Jan juga memberikan rekomendasi untuk menggunakan sistem ventilasi kandang kombinasi tunnel (combitunnel) agar pengaturan lingkungan kandang menjadi lebih efisien. Menurut Jan, penggunaan hanya sistem kandang tunnel saja memiliki beberapa kendala dalam pertukaran udara dan menciptakan perbedaan suhu yang signifikan antara dalam dan luar kandang.
"Untuk unggas broiler di Indonesia, kombinasi sistem ventilasi tunnel dengan ventilasi di pinggir kandang adalah pilihan yang baik. Ini memungkinkan kita untuk mengalirkan udara segar dari luar saat suhu di dalam kandang rendah," ungkapnya. Selain itu, penggunaan teknologi otomatisasi dalam pengelolaan kandang juga dapat membantu mengatasi masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Kami Siap Berikan Solusi Untuk Peternak
Selama acara tersebut, Bapak Bagus Pekik sebagai Kepala Divisi Unggas kami menjelaskan bahwa De Heus memiliki teknologi yang siap dibagikan kepada para peternak unggas untuk meningkatkan produktivitas selama masa pemeliharaan.
"Tujuan utama bagi pelaku bisnis di sektor broiler adalah efisiensi dan pencapaian kinerja terbaik di peternakan. Banyak yang bisa membangun kandang tertutup, namun tidak semua bisa mengelola kandang dengan optimal. Ada yang menggunakan kandang tertutup, tetapi kinerjanya tidak mencapai potensi maksimal. Kami, tim De Heus Indonesia, siap membantu dan memberikan solusi terbaik," ucap Bagus.
Ia juga menyebutkan bahwa penggunaan kombinasi sistem tunnel adalah langkah lanjutan, terutama di Indonesia yang baru mulai beralih dari kandang terbuka yang dimodifikasi ke kandang semi tertutup atau tertutup.
"Teknologi ini merupakan solusi baru sebagai sistem yang dapat diterapkan. Keunggulan penggunaan sistem kombinasi tunnel adalah tidak adanya kandang-kandang brooding atau sekat, sehingga pada saat chick-in (pemindahan ayam ke kandang), semuanya dapat masuk tanpa perlu memperluas kandang. Kami siap memberikan informasi lebih lanjut dan kami bersedia untuk berkunjung ke peternakan agar bersama-sama mencari solusi terbaik dalam menghadapi perubahan iklim," ucapnya.