Ikan Endemik Indonesia yang Dapat Dikonsumsi!
Sebagai suatu negara tropis, Indonesia diberkahi keanekaragaman makhluk hidup yang tidak bisa dijumpai di negara lain, termasuk juga ikan. Banyak sekali spesies ikan endemik yang mendiami hampir seluruh wilayah kepulauan di Indonesia.
Indonesia Memiliki Banyak Spesies Ikan Endemik yang Harus Dimanfaatkan Secara Berkelanjutan
Ikan endemik merupakan jenis ikan yang terdapat di suatu wilayah tertentu (sungai, danau, situs, pulau, negara, benua). Di Indonesia, biasanya ikan endemik mendiami wilayah khusus seperti sungai, pulau kecil, dan danau.
Banyak sekali spesies ikan endemik di indonesia yang banyak dimanfaatkan, terutama sebagai ikan konsumsi. Kandungan gizi yang tinggi, rasa yang enak, dan harga yang cukup murah menjadikan alasan ikan-ikan tersebut dikonsumsi hingga saat ini.
Berikut kami rangkum beberapa spesies ikan endemik Indonesia yang memiliki nilai untuk dikonsumsi. Berikut ulasanya.
Ikan Endemik Air Tawar Indonesia yang Dapat Dikonsumsi
1. Ikan Wader Cakul (Puntius binotatus)
Memiliki wilayah sebaran yang luas, mencakup pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada setiap daerah tersebut, nama lokal yang disematkan kepada ikan ini tentunya berbeda-beda, seperti bunter atau benter (Bandung), ikan sepadak (Sumatra Selatan), putia (Padang), pujan (Kalimantan Selatan), dan wader cakul (Jawa Timur).
Ikan ini sangat menyukai aliran sungai dangkal yang deras. Memiliki bentuk tubuh kecil, sirip berwarna perak dengan bintik hitam di sekitar siripnya. Ukuran ikan wader cakul berkisar antara 5 hingga 12 cm, tergantung kondisi lingkungan yang menjadi habitatnya.
Di beberapa wilayah, ikan ini sangat nikmat dikonsumsi dengan cara langsung digoreng. Bentuknya yang kecil memudahkan proses pengolahan ikan yang satu ini. Selain itu, ikan ini kaya akan protein, asam lemak tidak jenuh, dan asam amino yang baik untuk kesehatan.
2. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)
Merupakan salah satu spesies ikan endemik yang dapat dibudidayakan dan dikonsumsi. Ikan baung merupakan sejenis lele (catfish) yang biasanya hidup di perairan terbuka, seperti sungai ataupun danau.
Ikan baung sangat populer dan digemari oleh banyak kalangan masyarakat, khususnya di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Tentu saja karena terdapat kelebihan dari ikan ini, karena memiliki daging yang tebal dan rasa yang nikmat, sering diolah menjadi sup atau bahan pempek.
Ciri fisik Ikan baung yaitu memiliki bentuk tubuh yang panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya keras. Dilengkapi dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pemafasan.
Pemanfaatan ikan baung dalam kurun waktu beberapa tahun ini sempat mengalami banyak peningkatan. Disebabkan kebutuhan masyarakat terhadap ikan baung semakin meningkat, untungnya ikan baung sudah bisa dibudidayakan secara buatan.
3. Ikan Tawes (Puntius javanicus)
Salah satu ikan endemik asli Indonesia yang mendiami sungai, rawa, atau danau. Sekilas bentuknya mirip ikan wader cakul, tetapi ukuran tubuh dan sisiknya lebih besar serta bentuknya lebih pipih. Bentuk tubuh ikan tawes seperti busur dengan moncong runcing, mulut terletak di ujung terminal (tengah), kecil, dan memiliki dua pasang sungut kecil.
Ikan Tawes endemik di pulau Jawa dan Kalimantan, pada habitat aslinya, tawes merupakan penghuni sungai berarus deras. Ikan ini mempunyai ketahanan hidup di air payau, dapat dibuktikan bahwa ikan ini hidup di wilayah hilir Sungai Cengkareng, Citarum, dan Bengawan Solo.
Sangat populer dikonsumsi dengan cara digoreng atau dijadikan ikan asin sebagai pelengkap masakan. Selain itu ikan ini bukan termasuk salah satu ikan endemik yang terancam, karena sudah banyak tempat yang sukses membudidayakan ikan tawes ini.
4. Ikan Betok (Anabas testudineus)
Jenis ikan tropis yang salah satunya endemik di wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Meripakan ikan yang umumnya hidup liar diperairan tawar. Habitatnya mulai dari sungai, danau, saluran air, parit, rawa, sawah, waduk, dan kolam-kolam yang berhubungan dengan saluran air terbuka, serta genangan air tawar maupun air payau.
Basanya melimpah diperairan yang terdapat banyak tumbuhan air karena merupakan ikan yang suka bergerombol dan hidup dalam naungan pohon tumbang serta akar tumbuhan air.
Selain memiliki rasa yang nikmat dan gurih, ikan betok juga banyak mengandung khasiat tak terduga yang baik bagi kesehatan tubuh karena mengandung fosfor, omega 3, zat besi dan protein. Ikan buas yang satu ini juga memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, seperti meningkatkan daya ingat, membantu menambah massa otot, dan mencegah pengeroposan tulang.
5. Lele Lokal (Clarias batrachus)
Selain rasanya lezat dan nikmat, ternyata terdapat satu jenis spesies ikan lele yang endemik dari Indonesia. Ikan dengan nama latin Clarias batrachus ini pernah menjadi ikan konsumsi primadona hingga akhir tahun 1980, hingga akhirnya ikan ini kurang diminati dan tergantikan dengan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang berasal dari Taiwan.
Tetapi tidak perlu khawatir, ikan lele ini masih banyak mendiami berbagai wilayah di Indonesia, terutama wilayah sungai, danau, rawa, dan perairan tenang yang airnya berwarna keruh. Seperti kebanyakan habitat pada spesies lele lain.
Lele lokal memiliki karakteristik ukuran tubuh lebih kecil dari lele dumbo, warna lebih hitam kehijauan, terdapat titik-titik di bagian badan dan memiliki patil di kedua pangkal sirip dadanya. Selain sebagai alat pertahanan, patil pada lele lokal berfungsi untuk berjalan didarat, hal ini menyebabkan lele lokal juga disebut walking catfish.
Alasan utama yang membuat lele lokal sulit bersaing dengan dumbo yaitu karena pertumbuhan lele lokal sangat lambat. Biasanya lele lokal bisa membutuhkan waktu 6-8 bulan hingga panen, sedangkan lele dumbo membutuhkan waktu hanya 3-4 bulan untuk waktu pemeliharaanya.
6. Ikan Wader Pari (Rasbora argyrotaenia)
Ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) merupakan ikan Cyprinidae yang banyak terdapat di daerah tropis, terutama di Indonesia, tersebar luas di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan Lombok. Ikan wader pari mendiami tempat seperti aliran sungai yang tidak terlalu deras dan danau.
Banyak dikenal dan diolah sebagai bahan pangan karena ikan ini memiliki kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia, seperti protein, kalsium, vitamin, dan omega 3. Tak heran ikan ini banyak dimanfaatkan sebagai cemilan ataupun lauk.
Pertumbuhan maksimal ikan ini bisa mencapai panjang 15 cm diperairan bebas. Salah satu ciri ikan wader pari yaitu terdapat sungut kecil (barb) berjumlah 4 helai di ujung mulut, selain itu terdapat pula guratan hitam pada bagian linea lateralis.
Perbedaanya dengan wader cakul yaitu terletak pada warna sisiknya yang tidak terlalu keperakan, serta siripnya berwarna kekuningan. Pada siripnya juga terdapat 4 hingga 8 jari. Warna tubuh ikan bervariasi, ada yang berwarna abu-abu kehijauan, zaitun, keperakan dan warna yang lebih gelap dibagian punggung.
7. Ikan Dewa (Tor soro)
Sesuai namanya, ikan endemik Pulau Jawa dan Sumatera ini memiliki keistimewaan layaknya dewa. Mulai dari harganya yang selangit, hingga menjadi buruan masyarakat, terutama ketika acara keagamaan.
Pasalnya beberapa suku adat memang menganggap ikan ini sebagai suatu hal yang positif. Misalnya, keberadaan ikan yang dilestarikan di Kolam Cibulan, Kuningan, Jawa Barat dikaitkan sebagai jelmaan tentara Prabu Siliwangi.
Tradisi lain yang menyangkut ikan ini juga dilakukan suku Batak. Ikan Dewa sering disajikan dalam acara adat, biasanya pernikahan ataupun kelahiran. Harga yang dipatok untuk makanan adat tersebut tak terhingga.
Tidak hanya itu, masyarakat Tionghoa menganggap bahwa ikan ini membawa keberuntungan dan bisa mendapatkan umur yang panjang. Karena itu ikan ini sering disajikan sebagai hidangan utama ketika Hari Raya Imlek
Selain dikeramatkan, jenis ikan dari keluarga ikan karper dari suku Cyprinidae ini juga tergolong langka. Satu lagi, di dalam wadah budidaya ikan ini juga tergolong lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu lebih dari satu tahun. Boleh jadi karena itulah ikan ini memiliki harga mahal, ratusan ribu rupiah sekilonya.
Jenis ikan yang satu ini senang hidup di sungai di daerah pegunungan yang memiliki aliran deras. Di habitat asalnya, ikan dewa dapat tumbuh hingga lebih dari satu meter dengan berat lebih dari 30 kg.
8. Ikan Belida (Chitala lopis)
Memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh ikan pada umumnya, yakni dengan bagian tubuh yang menyerupai pisau. Ikan belida merupakan spesies endemik yang berasal dari Pulau Sumatera, terutama wilayah Sungai Kampar dan Sungai Musi, lebih detailnya habitat ikan ini berada pada hampir semua sungai di provinsi Sumatera Selatan.
Karena berasal dari tempat tersebut, ikan belida tentunya dijadikan maskot, terutama di Kota Palembang. Selain edemik, ikan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan khas daerah Sumatera Selatan, yaitu pempek, kerupuk, dan kemplang.
Pemanfaatan ikan belida sebagai bahan baku tersebut tentunya menyebabkan ketersediaan ikan ini semakin menipis di alamnya. Terlebih kerusakan habitat ikan belida karena digunakan sebagai tambang pasir membuat populasi ikan yang berbentuk pisau ini semakin susah.
Untungnya pemerintah telah berhasil melakukan pembenihan ikan belida secara terkontrol dan membuat peraturan pelarangan penangkapan ikan belida secara besar-besaran. Beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Selatan dan Riau juga telah mengeluarkan kebijakan perlindungan ikan ini.
Salah satu ciri utama ikan belida yaitu memiliki tubuh yang pipih memanjang dengan bagian dorsal yang terlihat cembung bagaikan pisau. Pada bagian perut terdapat duri ganda yang memanjang hingga bagian ekor, memiliki mulut yang lebar, dan ukuran tubuh bisa mencapai 7 kg.
Pemanfaatan Ikan Endemik Harus Bersifat Sustainable
Hingga saat ini, pemanfaatan ikan endemik masih mengandalkan penangkapan di alam. Ini akan berakibat kepunahan jika pemanfaatan terjadi secara terus menerus tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem.
Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menerapkan teknologi budidaya yang berkelanjutan terhadap spesies endemik tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu domestikasi untuk mendapatkan teknologi pembenihannya, dilakukan juga upaya pengelolaan lingkungan yang dibutuhkan setiap spesies ikan endemik.
Hasil dari budidaya ikan endemik sebenarnya memiliki dua tujuan, yang pertama tentunya dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dilanjutkan ke tahap pengelolaan. Kedua, benih ikan hasil budidaya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan restocking (melepaskan spesies tersebut menuju habitatnya).