Articles

Alternatif Pakan Ayam Broiler: Solusi Hemat dan Sehat untuk Peternak Modern

Rahman Ibrahim

Digital Marketer

23 April 2025
-
5 Menit

Dalam dunia peternakan ayam broiler, pakan menjadi komponen utama yang menyumbang sekitar 60–70% dari total biaya produksi. Nggak heran kalau fluktuasi harga jagung dan bungkil kedelai sebagai bahan baku utamanya sering bikin peternak pusing tujuh keliling. Apalagi kalau bahan-bahan tersebut harus impor, biayanya akan makin melambung, sementara margin usaha bisa makin tipis.

Tapi tenang, sebenarnya Indonesia punya banyak potensi bahan alami lokal yang bisa jadi alternatif pakan ayam broiler. Mulai dari limbah pertanian, limbah industri makanan, sampai sumber protein baru seperti maggot dan tanaman herbal—semuanya bisa dimanfaatkan asal tahu cara olah dan batas amannya.

Yuk, kita bahas satu per satu bahan alternatif pakan broiler yang sudah terbukti melalui riset. Bukan cuma soal penghematan, tapi juga soal performa ayam dan keberlanjutan jangka panjang.

Bungkil Inti Sawit (Palm Kernel Meal/PKM)

 

Sekilas Tentang PKM

Palm Kernel Meal (PKM) atau Bungkil Inti Sawit (BIS) merupakan limbah dari industri kelapa sawit yang sangat melimpah di Indonesia. Hal ini membuat PKM merupakan salah satu bahan baku yang mudah ditemukan di Indonesia. Meski dulu sering dianggap limbah tak berguna, ternyata PKM punya kandungan protein kasar yang cukup tinggi, namun di sisi lain juga memiliki serat unik bernama mannan yang dapat menurunkan kecernaan pakan bagi unggas.

Kenapa Layak Dicoba?

Jika diolah dengan baik dengan menggunakan enzim mannanase, kandungan mannan yang di dalamnya dapat menjadi Mannan Oligosakarida (MOS) yang dapat berfungsi sebagai prebiotik bagi pencernaan unggas. PKM juga bisa digunakan untuk menggantikan sebagian jagung dan bungkil kedelai. Dalam sebuah penelitian, penggunaan PKM hingga 15% masih dinilai aman dan tidak menurunkan performa ayam.

Manfaat:

  • Menghemat penggunaan bahan impor seperti jagung.
  • Enzim mannanase bisa membantu ayam mencerna protein lebih baik (hingga +12%).

Batasan:

  • Serat kasar mannan yang cukup tinggi, bisa ganggu pencernaan kalau penggunaannya >20%.
  • Perlu dilakukan perlakuan fermentasi atau penambahan enzim agar aman digunakan.

Maggot BSF (Black Soldier Fly Larvae)

 

Sekilas Tentang Maggot

Maggot BSF merupakan fase larva dari serangga yang memiliki nama latin Hermetia illucens. Maggot BSF sedang naik daun sebagai pakan alternatif untuk masa depan dikarenakan faktor nutrisi dan lingkungan. Larva lalat ini bisa mengurai sampah organik (dekomposer)dan menghasilkan protein tinggi yang bahkan bisa setara atau lebih dari bungkil kedelai. Selain dapat menjadi alternatif pakan yang tinggi protein, pemeliharaan BSF dapat meningkatkan kualitas lingkungan.

Kenapa Layak Dicoba?

Dengan kandungan asam laurat yang bersifat antimikroba dan protein kasar 40–50%, maggot jadi sumber protein lokal yang sangat potensial.

Manfaat:

  • Mengurangi FCR hingga 10%, bobot ayam meningkat sampai 11%.
  • Menurunkan risiko infeksi E. coli secara alami.

Fermentasi Ampas Tahu dan Sagu

Sekilas Tentang Ampas Tahu & Sagu

Dua bahan ini merupakan limbah makanan yang umum di Indonesia. Ampas tahu kaya protein, sementara sagu menyumbang karbohidrat. Bila difermentasi, keduanya bisa jadi pakan alternatif yang murah dan bermanfaat.

Kenapa Layak Dicoba?

Sebuah penelitian tentang penggunaan campuran kedua bahan pakan ini dengan kadar yang berbeda memberikan hasil penghematan sehingga cocok banget buat peternak skala kecil-menengah karena bahan mudah didapat dan biaya pakan altenatif yang sangat rendah. Rekomendasi substitusi penggunaan dua campuran pakan alternatif ini dalam pakan adalah sekitar 5-15%

Manfaat:

  • Menekan biaya pakan hingga 6-8%.
  • Palatabilitas rendah sehingga perlu pemberian secara bertahap agar ayam beradaptasi.
  • Fermentasi menambahkan probiotik alami dalam pakan yang baik untuk pencernaan ayam.

Batasan:

  • Energi metabolis lebih rendah dibanding pakan konvensional.
  • Substitusi diatas 10% dapat menurunkan performa ayam secara signifikan.

Tepung Singkong Fermentasi

Sekilas Tentang Singkong

Singkong adalah tanaman pangan murah dan melimpah di Indonesia. Kandungan energi metabolisnya tinggi, namun singkong memiliki kandungan sianida yang dapat menjadi racun dalam jumlah yang banyak. Tepung singkong yang telah difermentasi bisa jadi sumber energi pengganti jagung.

Kenapa Layak Dicoba?

Melalui fermentasi dengan Rhizopus oryzae, kandungan asam sianida (HCN) pada singkong dapat terurai secara alami menjadi glukosa, aseton, dan gas HCN. Dengan fermentasi selama 4 hari menggunakan tambahan 0,5% ragi tape mampu menurunkan kadar HCN dari 231 mg/kg menjadi hanya 0,47 mg/kg, sekaligus meningkatkan kadar protein dari 4,58% menjadi 10,26%.  

Manfaat:

  • Substitusi 9% tidak mempengaruhi performa ayam.
  • Bisa bantu mengurangi ketergantungan pada bahan utama jagung.

Batasan:

  • Perlu perlakuan fermentasi ataupun pengeringan untuk mengurangi kandungan sianida
  • Tekstur kasar dan aroma singkong bisa mengurangi nafsu makan.
  • Penggunaan >9% bisa meningkatkan resiko terhadap sianida.

Rekomendasi Implementasi

Mulai perlahan: Lakukan uji coba bertahap dengan substitusi 5–10%. Pantau performa ayam, terutama FCR dan mortalitas.
Kerja sama dengan ahli: Libatkan laboratorium setempat untuk cek kandungan nutrisi dan risiko toksin.
Jangan asal pakai bahan mentah: Fermentasi atau olah dulu bahan untuk hilangkan zat antinutrisi dan risiko racun.

Dengan potensi lokal yang begitu kaya, sebenarnya peternak Indonesia punya banyak opsi untuk mengembangkan pakan ayam broiler yang lebih murah dan tetap berkualitas. Asalkan dikelola dengan benar, alternatif-alternatif ini bisa bantu wujudkan peternakan berkelanjutan yang hemat, sehat, dan mandiri.

Tentang penulis

Rahman Ibrahim

Digital Marketer

Hit me up for collaboration!